BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ulkus peptikum adalah
suatu gambaran bulat atau semi bulat/oval pada permukaan mukosa lambung
sehingga kontinuitas mukosa lambung terputus pada daerah tukak. Ulkus peptikum disebut juga sebagai ulkus lambung,
duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).
Ulkus peptikum merupakan putusnya
kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa
yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering
dianggap sebagai ”ulkus” (misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus
peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah
asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi,
juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006).
Ulkus
peptikum adalah kerusakan selaput lendir karena factor – factor psikosomatis,
toksin, ataupun kuman – kuman Streptococcus.
Faktor psikosomatis (missal ketakutan, kecemasan, kelelahan, keinginan
berlebihan) dapat merangsang sekresi HCL berlebihan. HCL akan merusak selaput
lendir lambung. Ulkus peptikum disebut juga penyakit mag.
Ulkus duodenalis,
merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum
(usus dua belas jari), yaitu beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat
dibawah lambung.
Ulkus gastrikum
lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang lengkung atas lambung.
Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah dimana lambung yang tersisa telah disambungkan ke usus.
Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah dimana lambung yang tersisa telah disambungkan ke usus.
Menurut kelompok : ulkus peptikum adalah suatu penyakit dengan adanya lubang yang terbentuk pada dinding mukosa lambung,
pilorus, duodenum atau esofagus.
B. Etiologi
Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah
ketidakseimbangan antara selresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang
diberikan sawar mukosa gastroduodenal dan netralisasi asam lambung oleh cairan
deudenum. (Arif Mutaqqin,2011)
Penyebab khususnya diantaranya :
1. Infeksi bakteri H. pylori
Dalam lima tahun terakhir, ditemukan paling sedikit 75%
pasien ulkus peptikim menderita infeksi kronis pada bagian akhir mukosa
lambung, dan bagian mukosa duodenum oleh bakteri H. pylori. Sekali pasien
terinfeksi, maka infeksi dapat berlangsung seumur hidup kecuali bila kuman
diberantas dengan pengobatan antibacterial. Lebih lanjut lagi, bakteri mampu
melakukan penetrasi sawar mukosa, baik dengan kemampuan fisiknya sendiri untuk
menembus sawar maupun dengan melepaskan enzim – enzim pencernaan yang
mencairkan sawar. Akibatnya, cairan asam kuat pencernaan yang disekresi oleh
lambung dapat berpenetrasi ke dalam jaringan epithelium dan mencernakan epitel,
bahkan juga jaringan – jaringan di sekitarnya. Keadaai ini menuju kepada
kondisi ulkus peptikum (Sibernagl, 2007).
2. Peningkatan sekresi asam
Pada kebanyakan pasien yang menderita ulkus peptikum di
bagian awal duodenum, jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal,
bahkan sering dua kali lipat dari normal. Walaupun setengah dari peningkatan
asam ini mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri, percobaan pada hewan ditambah
bukti adanya perangsangan berlebihan sekresi asam lambung oleh saraf pada
manusia yang menderita ulkus peptikum mengarah kepada sekresi cairan lambung
yang berlebihan (Guyton, 1996). Predisposisi peningkatan sekresi asam
diantaranya adalah factor psikogenik seperti pada saat mengalami depresi atau
kecemasan dan merokok.
3. Konsumsi obat-obatan
Obat – obat sepertiOAINS/obat anti-inflamasi nonsteroid
seperti indometasin, ibuprofen, asam salisilat mempunyai efek penghambatan
siklo-oksigenase sehingga menghambat sintesis prostaglandin dari asam
arakhidonat secara sistemik termasuk pada epitel lambung dan duodenum. Pada
sisi lain, hal ini juga menurunkan sekresi HCO3- sehingga
memperlemah perlindungan mukosa (Sibernagl, 2007). Efek lain dari obat ini
adalah merusak mukosa local melalui difusi non-ionik ke dalam sel mukosa. Obat
ini juga berdampak terhadap agregasi trombosit sehingga akan meningkatkan
bahaya perdarahan ulkus (Kee, 1995).
4. Stres fisik
Stres
fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusat (Lewis, 2000). Bila
kondisi stress fisik ini berlanjut, maka kerusakan epitel akan meluas dan
kondisi ulkus peptikum menjadi lebh parah.
5. Refluks usus lambung
Refluks usus lambung dengan materi garam empedu dan enzim
pancreas yang berlimpah dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi
predisposisi kerusakan epitel mukosa.
C. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala
ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan
dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami
perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
1. Nyeri
: biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa
nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan
erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa
kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks local yang mamulai
kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena
makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung
telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan
lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada
epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun
dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
2. Pirosis
(nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus
dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi
atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
3. Muntah
: meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi
gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut
atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di
sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh
mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan
asam lambung.
4. Konstipasi
dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan
sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan
perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus
akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala
setelahnya.
D. Patofisiologi
Ulkus peptikum
terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja
asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi
berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan
dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat
mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
Sekresi
lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
1. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan
seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal
serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang
tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung.
Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada
pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui
bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau
penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat
lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
2. Fase
lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan
sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding
lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap
distensi lambung oleh makanan.
3. Fase
usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan
pelepasan hormon (dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang
sekresi asam lambung.
Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida
dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa.
Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam
hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena
mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan
usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila
lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama
dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan
sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat.
Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini
adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh
sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah
suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi
epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu
dari dua factor ini :
a.
Hipersekresi asam
pepsin
b.
Kelemahan barier mukosa
lambung
Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung
atau yang merusak mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat
antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam
kategori ini.
Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma)
dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak
sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan
berikut : hipersekresi getah
lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90%
tumor ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus
koledokus, bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas.
Kira-kira ⅓ dari gastrinoma adalah ganas(maligna).
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien
ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan
karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama
adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada
ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian
penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis
berat, dan trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress.
Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada
lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress
berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada
ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab
lain dari ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan
penurunan aliran darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin
dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk
menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain
dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak.
Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya
lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering
terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.
E. Komplikasi
Sebagian besar
ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut. Tetapi pada beberapa
kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi yang bisa berakibat fatal,
seperti penetrasi, perforasi, perdarahan dan penyumbatan. (Medicastore News)
1. Penetrasi
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum dan sampai ke organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang bisa dirasakan diluar daerah yang terkena (misalnya di punggung, karena ulkus duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita merubah posisinya. Jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan ini, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum dan sampai ke organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang bisa dirasakan diluar daerah yang terkena (misalnya di punggung, karena ulkus duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita merubah posisinya. Jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan ini, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
2. Perforasi
Ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa menembus dindingnya dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera menyebar ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu, yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam. Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba untuk berbaring mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam perut. Jika tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.
Ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa menembus dindingnya dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera menyebar ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu, yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam. Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba untuk berbaring mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam perut. Jika tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.
3. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan karena ulkus adalah:
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan karena ulkus adalah:
a. muntah
darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan yang
sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi
b. tinja
berwarna kehitaman atau tinja berdarah.
Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi
ulkus. Bila sumber perdarahan tidak dapat ditemukan dan perdarahan tidak hebat,
diberikan pengobatan dengan antagonis-H2 dan antasid. Penderita juga dipuasakan
dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat beristirahat.
Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.
Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.
4. Penyumbatan.
Pembengkakan atau jaringan yang
meradang di sekitar ulkus atau jaringan parut karena ulkus sebelumnya, bisa
mempersempit lubang di ujung lambung atau mempersempit duodenum. Penderita akan
mengalami muntah berulang, dan seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan
yang dimakan beberapa jam sebelumnya.
Gejala lainnya adalah rasa penuh di
perut, perut kembung dan berkurangnya nafsu makan. Lama-lama muntah bisa
menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi dan ketidakseimbangan mineral
tubuh. Mengatasi ulkus bisa mengurangi penyumbatan, tetapi penyumbatan yang
berat memerlukan tindakan endoskopik atu pembedahan.
F. Pemeriksaan Penunjang
Nyeri
lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan beberapa
pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena kanker lambung juga bisa
menyebabkan gejala yang sama.
- Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Pada pemeriksaan endoskopi, bisa diambil contoh jaringan untuk keperluan biopsi. Keuntungan dari endoskopi:
a. lebih dapat dipercaya untuk
menemukan adanya ulkus dalam duodenum dan dinding belakang lambung dibandingkan
dengan pemeriksaan rontgen
b. lebih bisa diandalkan pada penderita
yang telah menjalani pembedahan lambung
c. bisa digunakan untuk menghentikan
perdarahan karena ulkus.
2.
Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga
disebut barium swallow atau
seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak dapat ditemukan dengan
endoskopi.
- Analisa
lambung
merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara langsung
dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bisa diukur.
Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau berulang atau sebelum dilakukannya pembedahan. - Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis darah bisa menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus. Pemerisaan darah lainnya bisa menemukan adanya Helicobacter pylori.
G. Pengobatan
Salah satu
segi pengobatan ulkus duodenalis atau ulkus gastrikum adalah menetralkan atau
mengurangi keasaman lambung. Proses ini dimulai dengan menghilangkan iritan
lambung (misalnya obat anti peradangan non-steroid, alkohol dan nikotin).
Makanan cair tidak mempercepat
penyembuhan maupun mencegah kambuhnya ulkus. Tetapi penderita hendaknya
menghindari makanan yang tampaknya menyebabkan semakin memburuknya nyeri dan
perut kembung.
1. ANTASID
Antasid mengurangi gejala, mempercepat penyembuhan dan mengurangi jumlah angka kekambuhan dari ulkus. Sebagian besar antasid bisa diperoleh tanpa resep dokter.
Kemampuan antasid dalam menetralisir asam lambung bervariasi berdasarkan jumlah antasid yang diminum, penderita dan waktu yang berlainan pada penderita yang sama.
Pemilihan antasid biasanya berdasarkan kepada rasa, efek terhadap saluran pencernaan, harga dan efektivitasnya. Tablet mungkin lebih disukai, tetapi tidak seefektif obat sirup.
Antasid mengurangi gejala, mempercepat penyembuhan dan mengurangi jumlah angka kekambuhan dari ulkus. Sebagian besar antasid bisa diperoleh tanpa resep dokter.
Kemampuan antasid dalam menetralisir asam lambung bervariasi berdasarkan jumlah antasid yang diminum, penderita dan waktu yang berlainan pada penderita yang sama.
Pemilihan antasid biasanya berdasarkan kepada rasa, efek terhadap saluran pencernaan, harga dan efektivitasnya. Tablet mungkin lebih disukai, tetapi tidak seefektif obat sirup.
a. Antasid
yang dapat diserap.
Obat ini dengan segera akan
menetralkan seluruh asam lambung.
Yang paling kuat adalah natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya dirasakan segera setelah obat diminum.
Yang paling kuat adalah natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya dirasakan segera setelah obat diminum.
Obat ini diserap oleh aliran darah,
sehingga pemakaian terus menerus bisa menyebabkan perubahan dalam keseimbangan
asam-basa darah dan menyebabkan terjadinya alkalosis (sindroma
alkali-susu). Karena itu obat ini biasanya tidak digunakan dalam jumlah
besar selama lebih dari beberapa hari.
b. Antasid
yang tidak dapat diserap.
Obat ini lebih disukai karena efek
sampingnya lebih sedikit, tidak menyebabkan alkalosis. Obat ini
berikatan dengan asam lambung membentuk bahan yang bertahan di dalam lambung,
mengurangi aktivitas cairan-cairan pencernaan dan mengurangi gejala ulkus tanpa
menyebabkan alkalosis. Tetapi antasid ini mempengaruhi penyerapan obat
lainnya (misalnya tetracycllin, digoxin dan zat besi) ke dalam darah.
c. Alumunium
Hdroksida
Merupakan antasid yang relatif aman
dan banyak digunakan. Tetapi alumunium dapat berikatan dengan fosfat di dalam
saluran pencernaan, sehingga mengurangi kadar fosfat darah dan mengakibatkan hilangnya
nafsu makan dan lemas. Resiko timbulnya efek samping ini lebih besar pada
penderita yang juga alkoholik dan penderita penyakit ginjal (termasuk yang
menjalani hemodialisa). Obat ini juga bisa menyebabkan sembelit.
d. Magnesium
Hidroksida
Merupakan antasid yang lebih efektif
daripada alumunium hidroksida.
Dosis 4 kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan diare.
Sejumla kecil magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus diberikan dalam dosis kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan ginjal.
Banyak antasid yang mengandung magnesium dan alumunium hidroksida.
Dosis 4 kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan diare.
Sejumla kecil magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus diberikan dalam dosis kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan ginjal.
Banyak antasid yang mengandung magnesium dan alumunium hidroksida.
2. OBAT-OBAT
ULKUS.
Ulkus biasanya diobati minimal
selama 6 minggu dengan obat-obatan yang mengurangi jumlah asam di dalam lambung
dan duodenum. Obat ulkus bisa menetralkan atau mengurangi asam lambung dan meringankan
gejala, biasanya dalam beberapa hari.
a. Sucralfate.
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung di dasar ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan merupakan pilihan kedua dari antasid. Sucralfate diminum 3-4 kali/hari dan tidak diserap ke dalam darah, sehingga efek sampingnya sedikit, tetapi bisa menyebabkan sembelit.
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung di dasar ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan merupakan pilihan kedua dari antasid. Sucralfate diminum 3-4 kali/hari dan tidak diserap ke dalam darah, sehingga efek sampingnya sedikit, tetapi bisa menyebabkan sembelit.
b. Antagonis
H2
Contohnya adalah cimetidine, ranitidine, famotidine dan nizatidine. Obat ini
mempercepat penyembuhan ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan enzim
pencernaan di dalam lambung dan duodenum. Diminum 1 kali/hari dan beberapa
diantaranya bisa diperoleh tanpa resep dokter. Pada pria cimetidine bisa
menyebabkan pembesaran payudara yang bersifat sementara dan jika diminum dalam
waktu lama dengan dosis yang tinggi bisa menyebabkan impotensi.
Perubahan mental (terutama pada penderita usia lanjut), diare, ruam, demam dan
nyeri otot telah dilaporkan terjadi pada 1% penderita yang mengkonsumsi
cimetidine. Jika penderita mengalami salah satu dari efek samping tersebut
diatas, maka sebaiknya cimetidine diganti dengan antagonis H2 lainnya. Cimetidine
bisa mempengaruhi pembuangan obat tertentu dari tubuh (misalnya teofilin untuk
asma, warfarin untuk pembekuan darah dan phenytoin untuk kejang).
c. Penghambat pompa proton ( Omeprazole , Lansoprazole , Rabeprazole , Esomeprazole , Pantoprazole) Merupakan obat yang sangat
kuat menghambat pembentukan enzim yang diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat
ini dapat secara total menghambat pelepasan asam dan efeknya berlangsung lama.
Terutama efektif diberikan kepada penderita esofagitis dengan atau tanpa ulkus esofageal dan penderita penyakit lainnya yang mempengaruhi pembentukan asam lambung (misalnya sindroma Zollinger-Ellison).
Terutama efektif diberikan kepada penderita esofagitis dengan atau tanpa ulkus esofageal dan penderita penyakit lainnya yang mempengaruhi pembentukan asam lambung (misalnya sindroma Zollinger-Ellison).
d. Antibiotik.
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah Helicobacter pylori.
Pengobatan terdiri dari satu macam atau lebih antibiotik dan obat untuk mengurangi atau menetralilsir asam lambung. Yang paling banyak digunakan adalah kombinasi bismut subsalisilat (sejenis sucralfate) dengan tetracyclin dan metronidazole atau amoxycillin , Clarithromycin. Kombinasi efektif lainnya adalah omeprazole dan antibiotik. Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus, bahkan jika ulkus tidak memberikan respon terhadap pengobatan sebelumnya atau jika ulkus sering mengalami kekambuhan.
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah Helicobacter pylori.
Pengobatan terdiri dari satu macam atau lebih antibiotik dan obat untuk mengurangi atau menetralilsir asam lambung. Yang paling banyak digunakan adalah kombinasi bismut subsalisilat (sejenis sucralfate) dengan tetracyclin dan metronidazole atau amoxycillin , Clarithromycin. Kombinasi efektif lainnya adalah omeprazole dan antibiotik. Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus, bahkan jika ulkus tidak memberikan respon terhadap pengobatan sebelumnya atau jika ulkus sering mengalami kekambuhan.
e.
Misoprostol.
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obat-obat anti peradangan non-steroid. Obat ini diberikan kepada penderita artritis yang mengkonsumsi obat anti peradangan non-steroid dosis tinggi. Tetapi obat ini tidak digunakan pada semua penderita artritis tersebut karena menyebabkan diare (pada 30% penderita).
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obat-obat anti peradangan non-steroid. Obat ini diberikan kepada penderita artritis yang mengkonsumsi obat anti peradangan non-steroid dosis tinggi. Tetapi obat ini tidak digunakan pada semua penderita artritis tersebut karena menyebabkan diare (pada 30% penderita).
H. Asuhan Keperawatan pada Pasien Ulkus
Peptikum
1. Pengkajian
Data Klien
a. Aktivitas/istirahat
: gejala dan tanda yang mungkin ditemui kelemahan, kelelahan, takikardia,
takipnea.
b. Sirkulasi
: gejala dan tanda yang mungkin ditemui adalah takikardi, disritmia, pengisian
kapiler lambat/perlahan, warna kulit pucat, sianosis dan berkeringat.
c. Integritas
ego : gejala dan tanda meliputi stress akut dan kronis, perasaan tidak berdaya,
gelisah, pucat, berkeringat, rentang perhatian menyempit, gemetar.
d. Eliminasi
: gejala dan tanda meliputi riwayat perdarahan, perubahan pola defekasi,
perubahan karakteristik feses, nyeri tekan abdomen, distensi, bising otot
meningkat, karakteristik feses (terdapat darah, berbusa, bau busuk), konstipasi
(perubahan diet dan penggunaan antasida).
e. Makanan/cairan
: gejala dan tanda meliputi anoreksia, mual, muntah (warna kopi gelap atau
merah), nyeri ulu hati, sendawa, intoleransi terhadap makanan, berat badan
menurun.
f. Nyeri/keamanan
: gejala dan tanda meliputi nyeri yang sangat, seperti rasa terbakar, nyeri
hilang setelah makan, nyeri epigastrik kiri ke mid epigastrikdapat menjalar ke
punggung.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul adalah
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi
mukosa lambung
b. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
c. Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan
defekasi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan nyeri kronis
e. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri/ketidaknyamanan
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
3.
Intervensi
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan
dan criteria hasil (NOC)
|
Intervensi
(NIC)
|
Nyeri
berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
P : nyeri terjadi saat klien terlambat
makan.
Q : klien mengatakan nyeri terasa
seperti terbakar.
R : klien mengatakan nyeri terjadi
pada epigastrium tengah atau di punggung.
S : klien mengatakan skala nyeri 8
(1-10).
T : klien mengatakan nyerinya
terjadi pada saat dua jam setelah makan.
|
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat menunjukkan
nyeri efek merusak yang ditandai dengan :
- Gangguan
kerja, kepuasan hidup atau kemampuan untuk mengendalikan.
- Penurunan
konsentrasi
- Terganggunya
tidur
- Penurunan
nafsu makan atau kesulitan menelan
- Mengenali
factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri
|
Pengkajian
1. Gunakan
laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian.
2. Dalam
mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang konsisten dengan usia dan
tingkat perkembangan pasien
Pendidikan untuk
pasien dan keluarga
3. Instruksikan
pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika pengurang nyeri tidak dapat
dicapai
4. Informasikan
pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan saran
koping
Aktivitas lain
5. Bantu
pasien untuk lebih berfokus pada aktifitas daripada nyeri/ ketidaknyamanan
dengan melakukan pengalihan melalui televisi, radio, tape dan kunjungan.
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
|
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat menunjukkan status gizi : asupan
makanan dan cairan yang ditandai
dengan :
-
Mempertahankan massa
tubuh dan berat badan dalam batas normal
-
Melaporkan
keadekuatan tingkat energy.
|
Pengkajian
1. Tentukan
motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
2. Tentukan
kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pendidikan untuk
pasien/keluarga
3. Ajarkan
pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
4. Berikan
informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhuinya.
Aktivitas kolaboratif
5. Tentukan
dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, secara tepat jumlah kalori dan
jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Aktivitas Lain
6. Tawarkan
makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi.
7. Bantu
makan, sesuai dengan kebutuhan
|
Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan defekasi
|
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat menunjukkan
kemampuan eliminasi defekasi yang ditandai dengan :
- Pola
eliminasi dalam rentang yang diharapkan; feses lembut dan terbentuk
- Mengkonsumsi
cairan dan serat dengan adekuat
- Melaporkan
keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan.
|
Pengkajian
1. Dapatkan
data dasar pada program defekasi, aktivitas, pengobatan, dan pola kebiasaan
pasien
Pendidikan untuk
pasien/keluarga
2. Tekankan
penghindaran mengejan selama defekasi untuk mencegah perubahan pada tanda
vital, sakit kepala atau pendarahan
Aktivitas Kolaboratif
3. Minta
program dari dokter untuk memberikan bantuan eliminasi, seperti diet tinggi
serat, pelembut feses, enema dan laksatif.
Aktivitas
Lain
4. Anjurkan
pasien untuk meminta obat nyeri sebelum defekasi untuk memudahkan keluarnya
feses tanpa nyeri.
5. Anjurkan
aktivitas optimal untuk merangsang eliminasi defekasi pasien.
|
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri kronis
|
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat melakukan perawatan diri :
aktivitas kehidupan sehari – hari yang ditandai
dengan :
-
Mengidentifikasi
aktivitas dan/atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada
intoleransi aktivitas.
|
Pengkajian
1. Evaluasi
motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
2. Pantau
asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber – sumber energy.
Pendidikan
untuk Pasien/keluarga
3. Instruksikan
kepada pasien/keluarga dalam penggunaan tekhnik relaksasi.
Aktivitas
Kolaboratif
4. Berikan
pengobatan nyeri sebelum aktivitas
Aktivitas
Lain
5. Hindari
menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat
6. Bantu
pasien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar, duduk, berdiri, dan
ambulasi yang dapat ditoleransi.
|
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri/ketidaknyamana.
|
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat menunjukkan pola tidur yang
normal yang ditandai dengan :
-
Tidak ada masalah
dengan pola, kualitas, dan rutinitas tidur atau istirahat.
-
Mengidentifikasi
tindakan yang dapat meningkatkan tidur atau istirahat
|
Pengkajian
1. Tentukan
efeksamping pengobatan pada pola tidur pasien.
2. Pantau
pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik.
Pendidikan Pasien/Keluarga
3. Jelaskan
pentingnya tidur yang adekuat.
4. Ajarkan
pasien dan orang lain tentang faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada
gangguan pola tidur.
Aktivitas
kolaboratif
5. Diskusikan
dengan dokter tentang perlunya meninjau kembali program pengobatan jika
berpengaruh pada pola tidur.
Aktivitas
lain
6. Fasilitasi
untuk mempertahankan rutinitas waktu tidur pasien.
7. Ajarkan
pasien untuk menghindari makanan dan minuman pada jam tidur yang dapat
mengganggu tidurnya.
|
Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri
|
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien dapat melakukan perawatan diri :
aktivitas kehidupan sehari – hari yang ditandai
dengan :
-
Melakukan aktivitas
kehidupan sehari – hari secara mandiri dengan alat bantu
-
Meminta bantuan untuk
aktivitas mobilisasi, jika diperlukan
|
Pengkajian
1.
Kaji kebutuhan akan
bantuan pelayanan kesehatan di rumah dan kebutuhan akan peralatan pengobatan
yang tahan lama
2.
Ajarkan pasien
tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
3.
gunakan ahli terapi
fisik / okupasi sebagai suatu sumber untuk pengembangan perencanaan dan
mempertahankan / meningkatkan mobilitas.
4.
awasi seluruh
kegiatan mobilitas dan bantu pasien,jika di perlukan.
|
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ulkus peptikum
adalah kerusakan selaput lendir karena factor – factor psikosomatis, toksin,
ataupun kuman – kuman Streptococcus.
Faktor psikosomatis (missal ketakutan, kecemasan, kelelahan, keinginan
berlebihan) dapat merangsang sekresi HCL berlebihan. HCL akan merusak selaput
lendir lambung. Ulkus peptikum disebut juga penyakit mag.
Ulkus duodenalis,
merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum
(usus dua belas jari), yaitu beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat
dibawah lambung.
Ulkus gastrikum
lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang lengkung atas lambung.
Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah dimana lambung yang tersisa telah disambungkan ke usus.
Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah dimana lambung yang tersisa telah disambungkan ke usus.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta :
Salemba Medika
Pratiwi,
D.A dkk. 2006. Biologi SMA Jilid 2 untuk
Kelas XI. Jakarta : Erlangga.
http://medicastore.com/penyakit/531/Ulkus_Peptikum.html
terimakasih atas informasinya muda-mudah bermanfaat
Madu Herbal
Madu Herbal
Obat Lambung