BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit parotitis atau gondongan adalah suatu penyakit menular dimana sesorang
terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar
parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada
leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah
terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan
berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang
dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat,
pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko
besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan
atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan
mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.
B. Epidemiologi
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat
timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang
anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus). Penyebaran
virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin
dengan urin. Bayi sampai umur 6 – 8 bulan tidak dapat terjangkit parotits
epidemika karena dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan secara transplasental
dari ibunya.3 Insiden tertinggi pada umur antara 5 sampai 9 tahun, kemudian
diikuti antara umur 1 sampai 4 tahun, kemudian umur antara 10 sampai 14 tahun.
C. Etiologi
Agen penyebab parotitis adalah anggota dari
kelompok Paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya
virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease.
Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90
– 300 mµ. Virus telah diisolasi dari ludah, darah, urin, otak dan
jaringan terinfeksi lain. Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering
tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu kamar . Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC,
oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus
masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Virus
bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa
lokal dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa
inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju
virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pankreas,
tiroid, ginjal, jantung atau otak. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu
melalui dari ludah, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat
diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum masuk masa pembengkakan dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar
ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari
setelah pembengkakan menghilang.
D. Patofisiologi
Pada
umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agen penyebab parotitis (terinfeksinya
kelenjar parotis) antara lain akibat:
- Percikan ludah
- Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
- Muntahan
- Urin
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau
mulut. Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut
oleh virus paramyxovirus pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya
kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum
konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi
proliferasi di parotis kemudian terjadi viremia (ikutnya virus ke dalam aliran
darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar yang kemudian akan
menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari
akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot. Kemudian
dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral
kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada
manusia selama fase akut, virus parmyxovirus dapat diisoler dari saliva, darah
dan air seni.
E. Tanda Dan Gejala
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus
Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit. Namun demikian mereka sama dengan penderita
lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit
tersebut. Masa inkubasi penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata
17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan
berkembangnya masa inkubasi dapat digambarkan sebagai berikut :
- Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38,5 – 40o C), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang.
- Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar parotis yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
- Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
F. Komplikasi
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat
penanganan atau pengobatan yang kurang efektif (menurut Nelson 2000) :
1. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala
ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang
tinggi. Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.
2.
Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral
walaupun insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli
saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.
3. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah
sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan
testis yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber
dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil, mual, nyeri perut bagian bawah,
gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi
dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat
perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari
setelah masa sakit. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 – 14 hari.
Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan
merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena
menjadi atrofi.
4. Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit
kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami
meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita
yang mengalami ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang
permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
5. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu
pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini
akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri
perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam
tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat infeksi
virus.
6. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan
difus dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan
perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
7. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai
dengan pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna.
Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis
yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2 minggu setelah
berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha
atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.
G. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan
secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
1.
Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam
mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.
2.
Aktif
Dilakukan dengan
memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah
dirubah sifatnya atau diberikan subkutan
pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau
reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular.
Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan
rubella. Pemberian vaksinasi dengan virus ini,
sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi terhadap parmyxovirus
pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi
15 sampai 95%. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan
tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau
vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi
1.
Bayi dibawah
usia 1 tahun (karena efek antibodi maternal)
2.
Individu
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin
3.
Demam akut
4.
Selama masa kehamilan
5.
Leukimia dan
keganasan
6.
limfoma
7.
Dalam kondisi sedang
diberi obat-obat imunosupresif
8.
Alkilasi dan
anti metabolit
9.
Sedang
mendapat radiasi.
ASUHAN
KEPERAWATAN
Berdasarkan
Kasus
Kasus
Tn.B jenis kelamin
perempuan berusia 9 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam, nyeri
pada daerah bawah telinga dan pipi kiri, dan nyeri otot sejak seminggu yang
lalu. Sulit menelan dan kaku rahang. Tn.B juga
mengatakan bahwa teman sebangkunya menderita penyakit yang sama.
Data Fokus
Data Subjektif :
Tn.B jenis kelamin
perempuan berusia 9 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam, nyeri
pada daerah bawah telinga dan pipi kiri, dan nyeri otot sejak seminggu yang
lalu. Sulit menelan dan kaku rahang.
Analisa Data
No
|
Data Subjek dan Data Objek
|
Masalah
|
Etiologi
|
1
|
DS :
Keluhan demam, nyeri pada daerah bawah telinga dan pipi kiri, dan nyeri
otot sejak seminggu yang lalu. Sulit menelan dan kaku rahang.
DO :
-
|
Nyeri
Definisi :
Pengalaman sensori serta emosi yang
tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang actual
atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan
|
Infeksi Virus
↓
Masuk Melalui percikan Ludah
↓
Virus Jenis Paramyxovirus
↓
Pembengkakan Kelenjar Parotis
↓
Nyeri
|
Rencana Asuhan Keperawatan
Tanggal
|
Diagnosa Keperawatan
|
(NOC)
Tujuan dan Kriteria
|
(NIC)
Intervensi
|
16-09-12
|
Nyeri b/d Infeksi Virus , yang ditandai dengan :
DS :
Keluhan demam, pembengkakakn pada daerah
bawah telinga dan pipi kiri, serta otot sejak
seminggu yang lalu. Sulit menelan dan kaku rahang.
DO :
-
|
Setelah
di lakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, diharapkan :
-
Diharapkan
gejala nyeri seperti, demam, pembengkakan pada bagian bawah telinga, pipi
kiri dan otot serta sulit menelan dan kaku rahang dapat berkurang bahkan hilang dengan skala (10-0)
-
Penyebaran
infeksi virus dan kerusakan
jaringan kulit dapat dihentikan
|
-
Lakukan pengkajian
nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karektiristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasnya
-
Ajarkan
anggota keluarga tentang mengetahui gelaja nyeri dan penanganannya, jika diperlukan
|
Catatan Tindakan Keperawatan
Tanggal
Jam
|
Implementasi
D.A.R.
|
Evaluasi
S.O.A.P.
|
Paraf
|
|
D :
DS :
Keluhan demam, pembengkakakn pada daerah
bawah telinga dan pipi kiri, serta otot sejak
seminggu yang lalu. Sulit menelan dan kaku rahang.
DO :
-
A :
Melakukan penanganan nyeri
R :
DS : Gejala nyeri berkurang dan hilang
DO : -
|
S :
Klien merasakan
gejala Parotitis , seperti, demam, pembengkakan pada
bagian bawah telinga, pipi kiri dan otot serta sulit menelan dan kaku rahang.
O :
-
A :
Masalah
keperawatan teratasi sebagian
P :
Rencana keperawatan
dilanjutkan
|
|
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Parotitis merupakan
jenis penyakit pembengkakan kelenjar
parotis dengan dominasi gejala gatal dan inflamasi,
disebabkan oleh bakteri Paramyxovirus yang menginfeksi jaringan tubuh melalui percikan air liur, dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup
bersih dan higienis.
0 komentar:
Posting Komentar