BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Penyakit
hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan pergerakan
usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang
yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit Hisprung disebut
juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus
besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada
bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai
persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan
fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang
terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
B.
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh tidak adanya sel
ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon. Sebagian besar segmen
yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon sigmoid dan terjadi
hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon. Diduga terjadi karena
faktor genetik dan lingkungan sering
terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio
dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub
mukosa dinding plexus.
2
C.
Epidemiologi
Insidensi penyakit Hisprung tidak diketahui secara
pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk
Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap
tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit Hirschsprung. Menurut catatan
Swenson, 81,1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-laki. Sedangkan
Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit ini
(ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga). Beberapa kelainan kongenital dapat
ditemukan bersamaan dengan penyakit Hirschsprung, namun hanya 2 kelainan yang
memiliki angka yang cukup signifikan yakni Down Syndrome (5-10 %) dan kelainan
urologi (3%). Hanya saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi
seperti refluks vesikoureter,hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria
(mencapai 1/3 kasus).
D.
Patofisiologi Penyakit Hisprung
Istilah congenital agang lionic Mega Colon
menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada
dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam
rektum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak
adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi
sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya
akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai
pada bagian yang rusak pada Mega Colon.
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus
berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses
terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang
proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian
Colon tersebut melebar.
3
pathway
E. KLASIFIKASI HISPRUNG
Dua
kelompok besar, yaitu :
1.
Tipe
kolon spastik
Biasanya dipicu oleh makanan, menyebabkan konstipasi
berkala (konstipasi periodik) atau diare disertai nyeri. Kadang konstipasi
silih berganti dengan diare. Sering tampak lendir pada tinjanya. Nyeri bisa
berupa serangan nyeri tumpul atau kram, biasanya di perut sebelah bawah. Perut
terasa kembung, mual, sakit kepala, lemas, depresi, kecemasan dan sulit untuk
berkonsentrasi. Buang air besar sering meringankan gejala-gejalanya.
2.
Tipe
yang kedua menyebabkan diare tanpa rasa nyeri dan konstipasi yang relatif tanpa
rasa nyeri. Diare mulai secara tiba-tiba dan tidak dapat ditahan. Yang khas
adalah diare timbul segera setelah makan. Beberapa penderita mengalami perut
kembung dan konstipasi dengan disertai sedikit nyeri.
Menurut
letak segmen aganglionik maka penyakit ini dibagi dalam :
1.
Megakolon
kongenital segmen pendek: Bila segmen aganglionik meliputi rektum sampai
sigmoid (70-80%)
2.
Megakolon
kongenital segmen panjang: Bila segmen aganglionik lebih tinggi dari sigmoid
(20%)
4
3.
Kolon
aganglionik total: Bila segmen aganglionik mengenai seluruh kolon (5-11%)
4.
Kolon
aganglionik universal: Bila segmen aganglionik meliputi seluruh usus sampai
pylorus (5%)
F.
MANIFESTASI HISPRUNG
Gambaran klinis penyakit Hirschsprung
dapat kita bedakan berdasarkan usia gejala klinis mulai terlihat :
Periode Neonatal
Ada trias gejala klinis yang sering
dijumpai, yakni pengeluaran mekonium yang terlambat, muntah hijau dan distensi
abdomen. Pengeluaran mekonium yang terlambat (lebih dari 24 jam pertama)
merupakan tanda klinis yang signifikan. Swenson (1973) mencatat angka 94% dari
pengamatan terhadap 501 kasus, sedangkan Kartono mencatat angka 93,5% untuk
waktu 24 jam dan 72,4% untuk waktu 48 jam setelah lahir. Muntah hijau dan
distensi abdomen biasanya dapat berkurang manakala mekonium dapat dikeluarkan
segera. Sedangkan enterokolitis merupakan ancaman komplikasi yang serius bagi
penderita penyakit Hirschsprung ini, yang dapat menyerang pada usia kapan saja,
namun paling tinggi saat usia 2-4 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada
usia 1 minggu. Gejalanya berupa diarrhea, distensi abdomen, feces berbau busuk
dan disertai demam. Swenson mencatat hampir 1/3 kasus Hirschsprung datang
dengan manifestasi klinis enterokolitis, bahkan dapat pula terjadi meski telah
dilakukan kolostomi.
Anak
Pada anak yang lebih besar, gejala
klinis yang menonjol adalah konstipasi kronis dan gizi buruk (failure to
thrive). Dapat pula terlihat gerakan peristaltik usus di dinding abdomen. Jika
dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feces biasanya keluar menyemprot,
konsistensi semi-liquid dan berbau tidak sedap. Penderita biasanya buang air
besar tidak teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk
defekasi. Kasus yang lebih ringan mungkin baru akan terdiagnosis di kemudian
hari.
Pada masa pertumbuhan (usia 1 -3 tahun):
1.
Tidak dapat meningkatkan berat badan
2.
Konstipasi (sembelit)
3.
Pembesaran perut (perut menjadi buncit)
4.
Diare cair yang keluar seperti disemprot
5.
Demam dan kelelahan adalah tanda-tanda dari radang usus halus
dan dianggap sebagai keadaan yang serius dan dapat mengancam jiwa.
5
Pada anak diatas 3 tahun, gejala bersifat kronis :
1.
Konstipasi (sembelit)
2.
Kotoran berbentuk pita
3.
Berbau busuk
4.
Pembesaran perut
5.
Pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata (seperti
gelombang)
6.
Menunjukkan gejala kekurangan gizi dan anemia Gejala Hisprung
Gejala-gejala yang terjadi pada
pasien mega kolon/penyakit hisprung antara lain:
1.
Pada bayi yang baru lahir tidak
dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir)
2.
Tidak dapat buang air besar dalam
waktu 24-48 jam setelah lahir, perut menggembung, muntah
3.
Diare encer (pada bayi baru lahir)
4.
Berat badan tidak bertambah
5.
Malabsorpsi
G. KOMPLIKASI HISPRUNG
1.
Kebocoran
Anastomose
Kebocoran
anastomose pasca operasi dapat disebabkan oleh ketegangan yang berlebihan pada
garis anastomose, vaskularisasi (pembentukan pembuluh abnormal atau berlebihan) yang tidak adekuat pada kedua tepi sayatan ujung usus,
infeksi dan abses sekitar anastomose serta trauma colok dubur atau businasi
pasca operasi yang dikerjakan terlalu dini dan tidak hati-hati.
Manifestasi
klinis yang terjadi akibat kebocoran anastomose ini beragam. Kebocoran
anastomosis ringan menimbulkan gejala peningkatan suhu tubuh, terdapat
infiltrat atau abses rongga pelvik, kebocoran berat dapat terjadi demam tinggi,
pelvioperitonitis atau peritonitis umum , sepsis dan kematian. Apabila dijumpai
tanda-tanda dini kebocoran, segera dibuat kolostomi di segmen proksimal.
2.
Stenosis
(penyempitan)
Stenosis
yang terjadi pasca operasi dapat disebabkan oleh gangguan penyembuhan luka di
daerah anastomose, infeksi yang menyebabkan terbentuknya jaringan fibrosis,
serta prosedur bedah yang dipergunakan. Stenosis sirkuler biasanya disebabkan
komplikasi prosedur Swenson atau Rehbein, stenosis posterior berbentuk oval
akibat prosedur Duhamel sedangkan bila stenosis memanjang biasanya akibat
prosedur Soave.
6
Manifestasi
yang terjadi dapat berupa gangguan defekasi yaitu kecipirit, distensi abdomen,
enterokolitis hingga fistula perianal. Tindakan yang dapat dilakukan bervariasi,
tergantung penyebab stenosis, mulai dari businasi hingga sfinkterektomi
posterior.
3.
Enterokolitis
Enterokolitis
terjadi karena proses peradangan mukosa kolon dan usus halus. Semakin
berkembang penyakit hirschprung maka lumen usus halus makin dipenuhi eksudat
fibrin yang dapat meningkatkan resiko perforasi (perlubangan saluran cerna) .
Proses ini dapat terjadi pada usus yang aganglionik maupun ganglionik.
Enterokolitis terjadi pada 10-30% pasien penyakit Hirschprung terutama jika
segmen usus yang terkena panjang
Tindakan
yang dapat dilakukan pada penderita dengan tanda-tanda enterokolitis adalah :
a.
Segera
melakukan resusitasi cairan dan elektrolit.
b.
Pemasangan
pipa rektal untuk dekompresi.
c.
Melakukan
wash out dengan cairan fisiologis 2-3 kali perhari.
d.
Pemberian
antibiotika yang tepat.
Enterokolitis
dapat terjadi pada semua prosedur tetapi lebih kecil pada pasien dengan
endorektal pullthrough. Enterokolitis merupakan penyebab kecacatan dan kematian
pada megakolon kongenital, mekanisme timbulnya enterokolitis menurut Swenson
adalah karena obtruksi parsial. Obtruksi usus pasca bedah disebabkan oleh stenosis
anastomosis, sfingter ani dan kolon aganlionik yang tersisa masih spastik.
Manifestasi klinis enterokolitis berupa distensi abdomen diikuti tanda obtruksi
seperti muntah hijau atau fekal dan feses keluar eksplosif cair dan berbau
busuk. Enetrokolitis nekrotikan merupakan komplikasi paling parah dapat terjadi
nekrosis, infeksi dan perforasi. Hal yang sulit pada megakolon kongenital
adalah terdapatnya gangguan defekasi pasca pullthrough, kadang ahli bedah
dihadapkan pada konstipasi persisten dan enterokolitis berulang pasca bedah.
4.
Gangguan
Fungsi Sfinkter
Hingga
saat ini, belum ada suatu parameter atau skala yang diterima universal untuk
menilai fungsi anorektal ini. Fecal soiling atau kecipirit merupakan parameter
yang sering dipakai peneliti terdahulu untuk menilai fungsi anorektal pasca
operasi, meskipun secara teoritis hal tersebut tidaklah sama. Kecipirit adalah
suatu keadaan keluarnya feces lewat anus tanpa dapat dikendalikan oleh
penderita, keluarnya sedikit-sedikit dan sering.
7
H. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
Anamnesis
Pada neonatus :
1.
Mekonium keluar terlambat, >
24 jam
2.
Tidak dapat buang air besar
dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
3.
Perut cembung dan tegang
4.
Muntah
5.
Feses encer
Pada anak :
1.
Konstipasi kronis
2.
Failure to thrive (gagal
tumbuh)
3.
Berat badan tidak bertambah
4.
Nafsu makan tidak ada
(anoreksia)
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi
abdomen terlihat perut cembung atau membuncit seluruhnya, didapatkan perut
lunak hingga tegang pada palpasi, bising usus melemah atau jarang. Pada
pemeriksaan colok dubur terasa ujung jari terjepit lumen rektum yang sempit dan
sewaktu jari ditarik keluar maka feses akan menyemprot keluar dalam jumlah yang
banyak dan kemudian kembung pada perut menghilang untuk sementara.
I.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pembedahan
Penatalaksanaan operasi adalah untuk memperbaiki
portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan
mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani
internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari
ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi
dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan
ukuran normalnya.
b. Pembedahan
koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai
sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama (Betz
Cecily & Sowden 2002 : 98)
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan
seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu
prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang
normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah (Darmawan K 2004 :
37)
8
2. Konservatif
Pada neonatus
dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk
mengeluarkan mekonium dan udara.
3. Tindakan
bedah sementara
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien
anak dan dewasa yang terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis
berat dan keadaan umum memburuk.
Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.
4. Terapi
farmakologi
-
Pada kasus stabil, penggunaan laksatif sebagian besar
dan juga modifikasi diet dan wujud feses adalah efektif
-
Obat kortikosteroid dan obat anti-inflamatori
digunakan dalam megakolon toksik. Tidak memadatkan dan tidak menekan feses
menggunakan tuba
J. Asuhan Keperawatan Hisprung
1.
Pengkajian
Informasi
identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
a.
Keluhan
utama
Masalah
yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian,
pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
b.
Riwayat
kesehatan sekarang
Yang
diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan
sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien
mengatasi masalah tersebut.
c.
Riwayat
kesehatan masa lalu
Apakah
sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan
kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d.
Riwayat
Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan.
e.
Riwayat
psikologis
Bagaimana
perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri
atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
9
f.
Riwayat
kesehatan keluarga
Tanyakan
pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
g.
Riwayat
social
Apakah
ada pendekatan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.
h.
Riwayat
tumbuh kembang
Tanyakan
sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i.
Riwayat
kebiasaan sehari-hari
Meliputi
– kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
j.
Pemeriksaan
Fisik
1)
Status
kesehatan umum
Keadaaan/penampilan
umum: lemah, sakit ringan, sakit berat, gelisah, rewel.
Kesadaran: dapat diisi dengan
tingkat kesadaran secara kualitatif atau kuantitaf yang dipilih sesuai dengan
kondisi klien.secara kuantitatif dapat dilakukan dengan pengukuran GCS.
Sedangkan secara kualitatif tingkat kesadaran dimulai dari kompos mentis,
apatis, samnolen,sopor,dan koma.
Tanda-tanda vital :
-
Tensi
: tekanan sistol/diastol mmhg
-
Nadi : frekuensi permenit,denyut kuat atau tidak,
reguler atau ireguler
-
Suhu : ........ ˚C
-
Frekuensi
pernafasan : frekuensi permenit,reguler/ireguler
-
Berat
badan : sebelum sakit ......... Kg
Sekarang.................Kg
2)
integument
Kebersihan
kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary
refil, warna kulit, edema kulit.
3)
Sistem
respirasi
Kaji
apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
4)
Sistem
kardiovaskuler
Kaji
adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal, frekuensi
denyut nadi / apikal.
10
5)
Kepala:
·
Rambut:
warna, kebersihan.
·
Mata:
Kaji adanya konjungtivitis, pupil, sklera, ketajaman penglihatan
·
Hidung
: kebersihan,sekresi,dan pernafasan kuping hidung.
·
Mulut
: bibir,mukosa mulut, lidah dan tonsil.
·
Gigi
: jumlah,karies,gusi,dan kebersihan.
·
Telinga
: kebersihan,sekresi,dan pemeriksaan pendengaran.
6)
Sistem
Gastrointestinal
Kaji
pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
2.
Diagnosa
Keperawatan pada Askep Hisprung
a.
Konstipasi
berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces
b.
Perubahan
nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual
dan muntah
c.
Resiko
kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang
d.
Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya.
11
3.
Rencana Asuhan Keperawatan Hisprung
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
PERENCANAAN
|
1
|
Konstipasi berhubungan dengan
obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi
feces
|
Dengan dilakukannya tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan anak dapat melakukan
eliminasi dengan beberapa
adaptasi sampai fungsi
eliminasi secara normal dan bisa dilakukan
Dengan Kriteria Hasil :
-
Pasien dapat
melakukan eliminasi
dengan beberapa
adapatasi
-
Ada peningkatan
pola eliminasi yang
lebih baik
|
Fisiologis NaCl 0,9
%
feces per rektal –
bentuk, konsistensi,
jumlah
mempengaruhi pola
dan konsistensi
feses
menjalankan diet
yang
telah dianjurkan
|
2
|
Perubahan nutrisi
kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan
dengan saluran
pencernaan mual dan
muntah
|
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan Pasien menerima
asupan
nutrisi yang cukup sesuai
dengan diet yang dianjurkan
Dengan Kriteria Hasil :
-
Berat badan pasien
sesuai dengan
umurnya
-
Turgor kulit pasien
lembab
-
Orang tua bisa
memilih makanan
yang di anjurkan
|
yang cukup sesuai
dengan diet yang
dianjurkan
pemberian nutrisi
(seperti NGT dan
parenteral ) untuk
mengantisipasi
pasien
yang sudah mulai
merasa mual dan
muntah
|
3
|
Resiko kurangnya
volume cairan
berhubungan denga
intake yang kurang
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan Status hidrasi pasien dapat
mencukupi kebutuhan tubuh
Dengan Kriteria Hasil :
-
Turgor kulit lembab.
-
Keseimbangan cairan.
|
yang adekuat pada
pasien
cairan tubuh yang
tercukupi turgor,
intake– output
peningkatan mual dan
muntah antisipasi
devisit cairan tubuh
dengan segera
|
4
|
Kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit
danpengobatanya.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya menjadi lebih adekuat
Dengan Kriteria hasil :
Pengetahuan pasien dan
keluarga tentang
penyakitnyaa, perawatan
dan obat – obatan. Bagi
penderita Mega Colon
meningkat daan pasien atau
keluarga mampu
menceritakanya kembali
|
keluarga untuk
menanyakan hal – hal
yang ingn diketahui
sehubunagndengan
penyaakit yang dialami
pasien
keluarga tentang
MegaColon
keluarga
perawatan serta obat
–
obatan pada keluarga
pasien
prosedur yang akan
dilaksanakan dan
manfaatnya bagi
pasien.
|
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit hisprung merupakan suatu
kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai dari
spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan
termasuk anus sampai rektum.Penyakit ini disebabkan oleh tidak adanya sel
ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.
B. Saran
1.
Sebagai
calon perawat hendaknya kita mengerti dan memahami tentang Hisprung.
2.
Dengan
memahami tentang rheumatoid arthritis diharapkan kita dapat melaksanakan asuhan
keperawatan tentang penyakit tersebut dengan benar
15
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito.
LJ ( 2001 ). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Edisi 8. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
http://ml.scribd.com/doc/99193630/Askep-Hisprung
This is the most interesting information and fit into our topic. I want to share it with my friends obat hisprung Thankyou