BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Peradangan
pankreas, yang hampir selalu berkaitan dengan cedera sel asinus, disebut
pancreatitis. Secara klinis dan histologis, pancreatitis memperlihatkan suatu
spectrum, baik dalam durasi maupun keparahan. Pankreatitis akut ditandai dengan
nyeri abdomen mendadak akibat nekrosis dan peradangan enzimatik pada pancreas.
Biasanya terjadi peningkatan kadar enzim pancreas dalam darah dan urine (
Robbins, 2007 : 712 ).
Menurut
Dr. Hanum (2010) pada salah satu
artikelnya, pancreatitis akut yaitu peradangan akut pankreas akibat proses
autodigestive oleh karena aktifasi premature zimogen menjadi enzim proteolitik
dalam pancreas.
Pankreatitis Akut
merupakan reaksi peradangan pankreas, secara klinis ditandai nyeri perut akut
dengan kenaikan enzim dalam darah dan urin (Alfan’s Blog, 2010).
Pankreatitis
akut adalah inflamasi
pankreas yang ditandai autodigesti pancreas oleh enzim pancreas. Sel-sel
pancreas mengalami cedera atau kematian sehingga terbentuk daerah nekrosis dan
pendarahan. Stimulasi sistem imun dan imflamasi menyebabkan pancreas mengalami
edema dan pembengkakan ( Corwin, Elizabeth J, 2009:643).
Kesimpulan, pankreatitis akut adalah peradanagn atau kerusakan yang terjadi
pada pankreas yang di sebabkan oleh autodisgestive, atau kerusakan sel-sel pankreas yang ditandai
dengan adanya rasa nyeri yang datang secara mendadak.
B.
Etiologi
Ada
banyak faktor yang menyebabkan pankreatitis akut, tetapi yang paling sering
ditemukan adalah alkoholisme (utama), gangguan traktus bilier ( kedua),
kolelitiasis dan kolelistisis. Pankreatitis akut dapat terjadi akibat
penyumbatan duktus pankreatikus, biasanya disebabkan batu empedu di duktus
billiaris komunis. Hiperlipidemia adalah
faktor resiko untuk perkembangan pankreatitis. Hiperlipidemia dapat
menstimulasi secara berlebihan pelepasan enzim-enzim pankreas, atau berperan
menyebabkan terbentuknya batu empedu. Mumps (gondongan), obat-obat tertentu, trauma
operasi, dan karsinoma pancreas merupakan penyebab lainnya (Pradip R. Patel,
2007:149).
Faktor
etiologi pada pancreatitis akut ( Robbins, 2007:713) :
1. Metabolik
a. Alkohol
b. Hiperlipoproteinemia (kebanyakan lipoprotein/ perakitan biokimia yang berisi
protein dan lemak, dalam darah)
c. Hiperklasemia (kadar kalsium darah yang tinggi)
d. Obat (misal, diuretik tiazida)
e. Genetik
2. Mekanis
a. Batu empedu
b. Cedera traumatik
c. Cedera perioperasi
3. Pembuluh darah
a. Syok
b. Atero embolus (penyumbatan arteri pada emboli)
c. Poliarteritis nodosa
4. Infeksi
a. Parotitis
b. Coxsackievirus
c. Mycoplasma pneumoniae
C. Patofisiologi
Pankreas akut dimulai sebagai suatu proses
autodigesti didalam kelenjar akibat aktivasi prematur zimogen (prekursor dari
enzim digestif) dalam sel-sel sekretor pankreas (asinar), sistem saluran atau
ruang interstinal. Gangguan sel asini pankreas dapat terjadi karena beberapa
sebab :
1. Obstruksi duktus pankreatikus. Penyebab tersering obstruksi adalah batu empedu kecil (microlithiasis)
yang terjebak dalam duktus. Sebab lain adalah karena
plug protein (stone protein)
dan spasme sfingter Oddi pada kasus pankreatitis akibat
konsumsi alkohol,
2. Stimulasi hormone cholecystokinin (CCK)
sehingga akan mengaktivasi enzim pankreas. Hormon CCK terstimulasi akibat diet tinggi protein
dan lemak (hipertrigliseridemia)
dapat juga karena alkohol,
3. Iskemia sesaat dapat meningkatkan
degradasi enzim pankreas. Keadaan
ini dapat terjadi pada prosedur operatif atau karena
aterosklerosis pada arteri di pankreas
Terdapat dua bentuk anatomis utama
yaitu:
1.
Pankreatitis
Akut Interstisial. Secara makroskopik pankreas membengkak secara difus
dan pucat. Tidak terdapat nekrosis atau perdarahan, bila ada, minimal sekali.
Secara mikroskopik, daerah interstisial melebar karena adanya edema ekstrasel,
disertai sebaran sel leukosit PMN. Saluran pankreas diisi bahan purulen. Tidak
didapatkan destruksi asinus.
2. Pankreatitis Akut Nekrosis Hemoragik. Secara
makroskopik, tampak nekrosis jaringan pankreas (lemak di tepi pankreas,
parenkim) disertai perdarahan dan inflamasi yang dapat mengisi ruang
retroperitoneal. Bila penyakit berlanjut, tampak abses dan timbulnya bakteri di
jaringan nekrosis yang berdinding (abses purulen). Secara mikroskopik, adanya
nekrosis lemak dan jaringan pankreas, kantong infiltrat yang meradang dan
berdarah. Pembuluh darah di dalam dan di sekitar daerah nekrotik menunjukkan
kerusakan mulai dari inflamasi perivaskular, vaskulitis, dan trombosis pembuluh
darah. Bentuk pankreatitis ini lebih fatal dibanding pankreatitis akut
interstisial.
Pankreatitis
akut juga merupakan penyakit sistemik yang terdiri dari dua fase :
1. Fase awal yang
disebabkan efek sistemik pelepasan mediator inflamasi, disebut sindrom respon
inflamasi sistemik atau systemic inflamatory response syndrome (SIRS) yang
berlangsung sekitar 72 jam. Gambaran klinisnya menyerupai sepsis, tetapi tidak
ada bukti-bukti infeksi.
2. Fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan
tubuh alami yang menyebabkan keterlibatan sampai kegagalan multi organ, yang
biasanya dimulai pada awal minggu kedua. Kegagalan fungsi salah satu organ
merupakan penanda beratnya penyakit dan buruknya faktor prognosis.
Patway
|
Kolelitas obstruksi ampula alkohol
alkohololisme kronik obat
pengendapan di duktus trauma,
virus, iskemia
edema
interstisium aktivitas
tripsinogen intrasel
gangguan
aliran darah aktivasi
dan retensi proenzim lain intra sel
|
D.
Manifestasi
Klinis
Gejala pankreatitis akut dapat ringan sehingga
ditemukan konsentrasi enzim pankreas dalam serum atau dapat menjadi berat dan
fatal. Rasa nyeri timbul tiba-tiba di epigastrium (tersering), kadang agak ke
kiri atau kanan; rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, perut dan abdomen
bawah; terus-menerus, makin bertambah dan berhari-hari; bisa disertai
mual-muntah serta demam; kadang terdapat tanda kolaps kardiovaskular, renjatan
dan gangguan pernapasan. Pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan perut bagian
atas karena rangsangan peritoneum, tanda peritonitis, adanya massa pada bagian
pankreas yang membengkak dan infiltrat radang, meteorismus abdomen
pada 70-80% kasus pankreatitis akut. Suhu tinggi menunjukkan kemungkinan
kolangitis, kolesistitis, atau abses pankreas. Ikterus pada sebagian kasus,
kadang asites seperti sari daging dan mengandung amilase dan efusi pleura pada
sisi kiri.
E.
Komplikasi
1.
Lokal
a. Plegmon
pankreas
b. Abses pankreas
c. Pseudokista
pankreas : nyeri, ruptur, pendarahan, infeksi.
d. Asites pankreas
e. Ikterus obstruktif
f. Keterlibatan
organ yang berdekatan oleh pankreatitis yang mengalami nekrosis.
2.
Sistemis
a.
Pulmoner
b.
Kardiovaskuler
c.
Hematologi
d.
Perdarahan pada saluran pencernaan
e.
Ginjal
f.
Metabolik
g.
Sistem saraf pusat
h.
Emboli lemak
F.
Pemeriksaan Penunjang
1. Leukositosis,
Bilirubin dan alkalifosfate, jika ada obstruksi. (pada bilirubin serum terjadi
pengikatan umum {mungkin di sebabkan oleh penyakit hati alkoholik atau
penekanan duktus koledukus})
2. Tes bentiromide
merupakan tes indirect terhadap sekresi kapasitas pankreas.
3. Tes urin
(volume urin meningkat dalam 2-3 hari setelah terinfeksi)
4. CT-Scan ( menentukan
luasnya edema dan nekrusis)
5. ERCP
(Endescopyc retrogred cholangeopancreatography)
6. Ultrasound
abdomen (dapat di gunakan untuk mengidentifikasi inflamasi pankreas, abses,
pseudositis, karsinoma dan obstruksitraktus bilier).
7. Endoskopi
(penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa fistula, penyakit
obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus pankres) catatan : prosedur ini di
kontra indikasikan pada fase akut.
8. Amilase serum
meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas ( kadar normal tidak
menyingkirkan penyakit)
G.
Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang diketahui dapat menghentikan
siklus aktivasi enzim pankreas dengan inflamasi dan nekrosis kelenjar. Tetapi
definitif ditujukan pada penyebab gangguan. Prioritas medis untuk
penatalaksanaan pendukung dari pankreatitis akut termasuk sebagai berikut:
1. Penggantian cairan dan elektrolit
Penggantian cairan menjadi prioritas utama dalam penanganan pankreatitis
akut. Larutan yang diperintahkan dokter untuk resusitasi cairan adalah koloid
atau ringer laktat. Namun dapat pula diberikan plasma segar beku atau albumin.
Tanpa memperhatikan larutan mana yang dipergunakan. Penggantian cairan
digunakan untuk memberikan perfusi pankreas, yang hal ini diduga mengurangi
perkembangan keparahan rasa sakit. Ginjal juga tetap dapat melakukan perfusi
dan ini dapat mencegah terjadinya gagal ginjal akut. Pasien dengan pankreatitis
hemorragia kut selain mendapat terapi cairan mungkin juga membutuhkan sel-sel
darah merah untuk memulihkan volume. Pasien dengan penyakit parah yang
mengalami hipertensi, gagal memberikan respon terhadap terapi cairan mungkin
membutuhkan obat-obatan untuk mendukung tekanan darah. Obat pilihannya adalah
dopamin yang dapat dimulai pada dosis yang rendah (2-5 ug/kg/menit). Keuntungan
obat ini adalah bahwa dosis rendah dapat menjaga perfusi ginjal sementara
mendukung tekanan darah. Pasien hipokalsemia berat ditempetkan pada situasi
kewaspdaan kejang dengan ketersediaan peralatan bantu nafas. Perawat
bertanggung jawab untuk memantau kadar kalsium, terhadap pemberian larutan
pengganti dan pengevaluasian respon pasien terhadap kalsium yang diberikan.
Penggantian kalsium harus didifusikan melalui aliran sentral, karena infiltrasi
perifer dapat menyebabkan nekrosis jaringan. Pasien juga harus dipantau
terhadap toksisitas kalsium. Hipomagnesemia juga dapat timbul bersama
hipokalsemia dan magnesium yang juga perlu mendapat penggantian. Koreksi
terhadap magnesium biasanya dibutuhkan sebelum kadar kalsium menjadi normal.
Kalium adalah elektrolit lain yang perlu diganti sejak awal sebelum regimen
pengobatan karena muntah yang berhubungan dengan pangkreatitis akut. Kalium
dalam jumlah yang berlebihan juga terdapat dalam getah pankreas. Kalsium harus
diberikan dalam waktu lambat lebih dari satu jam lebih dengan menggunakan pompa
infus. Pada beberapa kasus, hiperglikemia dapat juga berhubungan dengan dehidrasi
atau ketidakseimbangan elektrolit lainnya. Mungkin diperintahkan pemberian
insulin lainnya dengan skala geser, insulin ini perlu diberikan dengan
hati-hati, karena kadar glukagon sementara pada pankreatitis akut (Hudak dan
Gallo, 1996).
http://www.hudakgallo.bloger.com
http://www.hudakgallo.bloger.com
2. Pengistirahatan pancreas
Suction nasogastric digunakan pada kebanyakan pasien dengan pankreatitis
akut untuk menekan sekresi eksokrin pankreas dengan pencegahan pelepasan
sekretin dari duodenum. Mual, muntah dan nyeri abdomen dapat juga berkurang
bila selang nasogastric ke suction lebih dini dalam perawatan. Selang
nasogastrik juga diperlukan pasien dengan illeus, distensi lambung berat atau
penurunan tingkat kesadaran untuk mencegah komplikasi akibat aspirasi pulmoner.
Puasa ketat (tak ada masukan peroral) harus dipertahankan sampai nyeri abdomen
reda dan kadar albumin serum kembali normal. Namun parenteral total dianjurkan
untuk pasien pankreatitis mendadak dan parah yang tetap dalam status puasa
jangka panjang dengan suction nasogastrik dengan illeus paralitik, nyeri
abdomen terus-menerus atau komplikasi pankreas. Lipid tidak boleh diberikan
karena dapat meningkatkan kadar trigliserida lebih jauh dan memperburuk proses
peradangan. Pada pasien dengan pankreatitis ringan cairan peroral biasanya
dapat dimulai kembali dalam 3-7 hari dengan penggantian menjadi padat sesuai
toleransi. Status puasa yang diperpanjang dapat menyulitkan pasien. Perawatan
mulut yang sering dan posisi yang sesuai serta memberikan pelumasan pada selang
nasogastric menjadi penting dengan mempertahankan integritas kulit dan
memaksimalkan kenyamanan pasien. Dianjurkan tirah baring untuk mengurangi laju
metabolisme basal pasien. Hal ini selanjutnya akan mengurangi rangsangan dari
sekresi pankreas (Hudak dan Gallo, 1996).
3. Penatalaksanaan nyeri
Analgetik diberikan untuk kenyamanan pasien maupun
untuk mengurangi rangsangan saraf yang diinduksi stress atau sekresi lambung
dan pankreas. Meferidan (dimerol) digunakan menggantikan morfin karena morfin
dapat menginduksi spasme sfingter oddi (Sabiston, 1994).
4. Pencegahan komplikasi
Karena sebab
utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan. Antasid biasanya
diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan duodenum dan resiko perdarahan sekunder terhadap gastritis atau duodenitis (Sabiston, 1994).
- Diet : Tinggi kalori tinggi protein rendah lemak (Barabara C. long, 1996).
- Pemberian enzim pankreas : pankreatin (viakose), pankrelipase (cotozym), pankrease (Barbara C. long, 1996).
- Fiberoscopy dengan kanulisasi dan spingterotomi
oddi (Barbara C. long,1996).
5. Intervensi bedah
Terapi bedah mungkin diperlukan dalam kasus
pankreatitis akut yang menyertai penyakit batu empedu. Jika kolesistisis atau
obstruksi duktus komunistidak memberikan respon terhadap terapi konservatif
selama 48 jam pertama, maka kolesistosyomi, koleastektimi atau dekompresi
duktus komunis.mungkin diperlukan untuk memperbaiki perjalanan klinik yang
memburuk secara progresif. Sering adanya kolesistisis gangrenosa atau
kolengitis sulit disingkirkan dalam waktu singkat dan intervensi yang dini
mungkin diperlukan, tetapi pada umumnya terapi konservatif dianjurkan sampai
pankreatitis menyembuh, dimana prosedur pada saluran empedu bisa dilakukan
dengan batas keamanan yang lebih besar (Sabiston, 1994).
H.
Tanda dan Gejala
1.
Nyeri
Hambir stiap penderita mengalami nyeri
yang hebat di bagian perut atas kiri. Nyeri sering menjalar ke punggung. Kadang
nyeri pertama bisa di rasakan di bagian perut bawah. Nyeri ini biasanya timbul
secara tiba-tiba dan mencapai intensitas maksimumnya dalam beberapa menit.
Nyeri biasanya berat dan menetap selama beberapa hari. Bahkan dosis besar dari
suntikan norkotik pun sering tidak dapat mengurangi rasa nyeri ini. Batuk,
gerakan yang kasar dan pernapasan yang dalam, bisa membuat nyeri semakin
memburuk. Duduk tegak dan bersandar kedepan bisa membantu meringankan rasa
nyeri.
2.
Mual dan muntah
Sebagian besar penderita, merasakan
mual dan muntah. Penderita pankreatitis akut karena alkoholisme, bisa tidak
menunjukan gejala lainnya, selain nyeri yang tidak terlalu hebat.
3.
Denyut nadinya cepat (100-140 denyut/ menit)
4.
Pernapasannya cepat dan dangkal
5.
Pada awalnya,suhu tubuh bisa normal, namun meningkat
dalam beberapa jam sampai 37,8 hingga 38,8’C
6.
Tekanan darah bisa tinggi atau rendah, namun cenderung
turun jika orang tersebut berdiri dan bisa menyebabkan pingsan.
7.
Kadang kadang bagian putih mata (sklera) tampak ke
kuningan.
8.
20% penderita pankreatitis akut mengalami bebrapa
pembengkakanpada perut bagian atas. Pembengkakan ini bisa terjadi karena
terhentinya pergerakan isi lambung dan usus (keadaan yang di sebut ileus
gastrointestina atau karena pankreas yang meradang tersebut membesar dan
mendorong ke lambung ke depan.
9.
Bisa juga terjadi pengumpulan cairan dalam rongga perut
(asites). Pada pankreatitis akut yang berat (pankreatitis nekrotisasi), tekanan
darah bisa turun, mungkin menyebabkan shock. Pankreatitis akut yang berat nisa
berakibat fatal.
I.
Asuhan Keperawatan Pankreatitis Akut
1.
Pengkajian Keperawatan
a.
Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama,umur,jenis kelamin,tempat
tinggal,pekerjaa,pendidikan dan status perkawinan. Dimana beberapa faktor
tersebut dapat menempatkan klien pada risiko pada pankreatitis akut.
b.
Keluhan utama
Nyeri hampir selalu merupakan keluhan yang diberikan oleh pasien dan nyeri
dapat terjadi di epigastrium,abdomen bawah atau terlokalisir pada daerah
torasika posterior dan lumbalis. Nyeri bisa ringan atau parah atau biasanya
menetap dan tidak bersifat kram.
c.
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan juga mencakup pengkajian yang tetap tentang
nyeri,lokasi,durasi,faktor-faktor pencetus dan hubungan nyeri dengan makanan,minuman,alkohol,anoreksia,dan
intoleransia makanan ( Hudakdan Gallo,1996 )
d.
Riwayat
penyakit lalu
Kaji apakah pernah mendapat intervensi pembedahan seperti colecystectomy,atau
prosedur diagnostik seperti EPCP. Kaji apakah pernah menderita masalah medis
lain yang menyebabkan pankreatitis meliputi ulkus peptikum,gagal
ginjal,vaskular disorder,hypoparathyrodism,hyperlipidemia dan kaji apakah klien
pernah mengidap infeksi virus dan buat catatan obat-obatan yang pernah
digunakan.
e.
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol,mengidap pankreatitis dan
penyakit biliaris.
f.
Pengkajian psikososial
Pengunaan alkohol secara berlebihan adalah hal yang paling sering
menyebabkan pankreatitis akut. Perlu di kaji riwayat penggunaan alkohol pada
klien , kapan paling sering klien mengkonsumsi alkohol . Kaji apakah klien
pernah mengalami trouma seperti kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan
yang berkontribusi terhadap peninggatan penggunaan alkohol.
g.
Pola aktivitas
Klien dapat melaporkan adanya steatorea (fases berlemak) ,juga penurunan
berat badan ,mual ,muntah. Pastikan karekteristik dan frekuensi buang air besar
. Perlu mengkaji status nutrisi klien dan cacat faktor yang dapat menurunkan
kebutuhan nutrisi.
2.
Pemeriksaan
Fisik
a.
Kepala
Bentuk : bulat
Rambut : bersih, hitam, pendek, beruban
b.
Mata
Konjungtiva : anemis
Kelengkapan : lengkap kiri dan kanan
Kesimetrisan :
simetris kiri dan kanan
Sklera :
ikterik
Palpebra :
cekung
Pupil :
sama besar,sama bulat dan bereaksi terhadap cahaya
c.
Telinga
Tidak ada masalah dengan pendengaran klien
dan kelengkapan telinga kiri dan kanan
d.
Leher
Tidak ada kelainan seperti pembesaran kelenjer
tiroid
e.
Hidung
Bersih tidak terlihat adanya sekret
f.
Mulut
dan tenggorokan
Kebersihan kurang, dan terlihat bibir
klien sianosis, dan mukosa mulut kering
g.
Tanda-Tanda
Vital
Kaji adanya peningkatan temperatur,
takikardi, dan penurunan tekanan darah (Donna D, 1995). Demam merupakan gejala
yang umum biasanya (dari 39° C). demam berkepanjangan dapat menandakan adanya
komplikasi gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis, kolesistitis
atau absese intra abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
h. Sistem
Gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri
abdomen. Juga terdapat distensi abdomen bagian atas dan terdengar bunyi
timpani. Bising usus menurun atau hilang karena efek proses peradangan dan
aktivitas enzim pada motilitas usus. Hal ini memperberat ketidakseimbangan
cairan pada penyakit ini.
Pasien dengan penyakit pankreatitis yang
parah dapat mengalami asites, ikterik dan teraba massa abdomen (Huddak &
Gallo, 1996).
i.
Sistem
Cardiovaskular
Efek sistemik lainnya dari pelepasan
kedalam sirkulasi adalah vasodilatasi perifer yang pada gilirannya dapat
menyebabkan hipotensi dan syok.
Penurunan perfusi pankreas dapat
menyebabkan penurunan faktor depresan miokardial (MDF). Faktor depresan
miokardial diketahui dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Seluruh organ
tubuh kemudian terganggu (huddak & Gallo, 1996).
j.
Sistem
Sirkulasi
Resusitasi cairan dini dan agresif diduga
dapat mencegah pelepasan MDF. Aktivasi tripsin diketahui dapat mengakibatkan
abnormalitas dalam koagulitas darah dan lisis bekuan. Koagulasi intravaskular
diseminata dengan keterkaitan dengan gangguan perdarahan selanjutnya dapat
mempengaruhi keseimbangan cairan (Sabiston, 1994).
k.
Sistem
Respirasi
Pelepasan enzim-enzim lain (contoh
fosfolipase) diduga banyak menyebabkan komplikasi pulmonal yang berhubungan
dengan pankretitis akut. Ini termasuk hipoksemia arterial, atelektasis, efusi
pleural, pneumonia, gagal nafas akut dan sindroma distress pernafasan akut
(Huddak & gallo, 1996).
l.
Sistem
Metablisme
Komplikasi metabolik dari pankreatitis
akut termasuk hipokalsemia dan hiperlipidemia yang diduga berhubungan dengan
daerah nekrosis lemak disekitar daerah pankreas yang meradang. Hiperglikemia
dapat timbul dan disebabkan oleh respon terhadap stress. Kerusakan sel-sel
inset langerhans menyebabkan hiperglikemia refraktori. Asidosis metabolik dapat
diakibatkan oleh hipoperfusi dan aktivasi hipermetabolik anaerob (Huddak &
Gallo,1996).
m.
Sistem
urinari
Oliguria, azotemia atau trombosis vena
renalis bisa menyebabkan gagal ginjal (Sabiston, 1994).
n.
Sistem
Neurologi
Kaji perubahan tingkah laku dan sensori
yang dapat berhubungan dengan penggunaan alkohol atau indikasi hipoksia yang
disertai syok (Donna D, 1995)
o.
Sistem
Integumen
Membran mukosa kering, kulit dingin dan
lembab, sianosis yang dapat mencerminkan dehidrasi ringan sampai sedang akibat
muntah atau sindrom kebocoran kapiler. Perubahan warna keunguan pada panggul
(tanda turney grey) atau pada area periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada
nekrosis hemoragik yang luas (Sandra M, 2001).
3.
Diagnosa
a.
Nyeri akut yang b.d
proses penyakit
b.
Kekurangan volume
cairan b.d kehilangan volume cairan aktif
(mengonsumsi alkohol yang berlebihan secara terus menerus)
c.
Ketidakefektifan pola napas b.d nyeri hebat
dan komplikasi pulmonal
d.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d hilangnya nafsu makan
e.
Intoleransi
aktivitas b.d nyeri akut
f.
Ansietas b.d
perubahan status kesehatan
g.
Risiko infeksi b.d
gangguan status nutrisi
4.
Intervensi
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil (NOC)
|
Intervensi
(NIC)
|
1
|
Nyeri akut b.d proses
penyakit
|
Setelah diberikan
asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat menunjukkan
pengurangan rasa nyeri , dengan criteria hasil:
- menunjukkan teknik relaksasi secara individual
yang efektif untuk mencapai kenyamanan;
- mengenali faktor
penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri;
- melaporkan nyeri
pada penyedia perawatan kesehatan;
- menggunakan
tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan nonanalgesik secara
tepat.
|
1.
Pengkajian :
-
gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian.
-
gunakan lembar alur nyeri untuk memantau pengurangan nyeri dari analgesic dan
kemunginan efek sampingnya.
-
dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang konsisten dengan usia dan
tingkat perkembangan pasien.
2.
pendidikan untuk pasien atau keluarga:
-
instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika pengurangan nyeri tidak dapat dicapai.
-
informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan saran koping.
3.
aktifitas kolaboratif:
-
keluhan nyeri pasca operasi awal dengan pemberian opiat yang terjadwal
(misalnya, setiap 4 jam / 36jam) atau PCA.
4.
Aktifitas lain:
-bantu
pasien untuk mengidentifikasi tindakan memenuhi kebutuhan rasa nyaman yang
telah berhasil dilakukanya seperti, distraksi, relaksasi, atau kompres
hangat/dingin.
|
2
|
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan
volume cairan aktif (mengonsumsi alkohol yang berlebihan secara terus
menerus)
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat
memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan criteria hasil:
-
Kekurangan volume
cairan akan teratasi dibuktikan dengan keseimbangan cairan, keseimbangan
elektrolit dan asam basa, hidrasi yang adekuat, dan status nutria yang
adekuat: asupan makanan dan cairan.
|
1.
pengkajian:
- pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan
cairan.
-timbang berat badan dan pantau kemajuannya.
- pertahankan keakuratan catatan asupan dan
haluaran.
2. pendidikan untuk pasien atau keluarga:
- anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat
bila haus.
3. aktifitas kolaboratif:
- berikan terapi IV sesuai dengan anjuran.
4. aktifitas lain:
- bersihkan mulut secara teratur.
- tentukan jummlah cairan yang masuk dalam 24 jam,
hitung asupan yang diinginkan sepangjang siang, sore, dan malam hari.
|
3
|
Ketidakefektifan pola napas b.d nyeri hebat dan
komplikasi pulmonal
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat
menunjukan pola pernapasan efektif dengan kriteria hasil:
-
Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas.
-
bunyi napas tambahan tidak ada.
-
menunjukan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanik.
-
mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
|
1. pengkajian:
- pantau adanya pucat
dan sianosis.
- pantau efek obat
pada status respirasi.
- kaji kebutuhan
insersi jalan napas.
2. pendidikan
kesehatan pasien atau keluarga:
- informasikan kepada
pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola
pernapasan. Spesifikan teknik.
- ajarkan cara batuk
secara efektif.
3 aktifitas
kolaboratif:
- rujuk kepada ahli
terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis.
4. aktifitas lain:
- yakinkan kembali
pasien selama periode distress pernapasan.
- anjurkan napas
dalam melalui abdomen selama periode distress pernapasan.
|
4
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hilangnya
nafsu makan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat menunjukan status gizi dengan
kriteria hasil:
- menjelaskan komponen keadekuatan
diet bergizi
-menyatakan keinginan untuk mengikuti diet.
- toleransi terhadap diet yang di
anjurkan.
- mempertahankan masa tubuh an berat
badan dalam batas normal.
|
1. pengkajian:
- tentukan motivasi pasien untuk
mengubah kebiasaan makan.
- ketahui makanan kesukaan pasien.
- tentukan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
2. pendidikan untuk pasien atau
keluarga:
- ajarkan metode untuk perencanaan
makan.
- ajarkan pasien atau keluarga tentag
makanan yang bergizi dan tidak mahal.
3. aktifitas kolaboratif:
- rujuk ke dokter untuk menentukan
penyebab perubahan nutrisi.
- rujuk ke program gizi di komunitas
yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan makanan yang
adekuat.
4. aktifitas lain:
-buat perencanaan makan dengan pasien
utuk dimasukan ke dalam jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan atau ketidak
sukaan pasien, dan suhu makanan.
- dukung anggota keluarga untuk
membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.
|
5
|
Intoleransi aktivitas b.d nyeri akut
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat mentoleransi aktifitas yang biasa
dilakuan kriteria hasil:
-
mengidentifikasi aktifitas dan/ atau situasi yang menimbulkan
kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi aktifitas.
- berpastisipasi dalam aktifitas fisik
yang dibutuhkan dengan peningkatan yang memadai pada denyut jantung frekuensi
respirasi, dan tekanan darah, dan pola yang di pantau dalam batas normal.
- menampilkan aktifitas sehari-hari
dengan beberapa bantuan (misalnya eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk
kekamar mandi)
|
1. Pengkajian
-kaji respon emosi, social, dan
spiritual tehadap aktivitas
-evaluasi motivasi dan keinginan
pasien untuk meningkatkan aktivitas.
-pantau respon oksigen pasien
(misalnya, nadi, irama jantung, dan frequensi respirasi) terhadap aktivitas
perawatan diri.
2. Pendidikan untuk pasien atau
keluarga
-instruksikan kepada pasien atau
keluarga dalam : penggunaan peralatan, seperti oksigen, selam beraktivitas;
penggunaan tekhnik relaksasi selama aktivitas
-ajarkan tentang pengaturan
aktivitas dan tekhnik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
3. Aktivitas kolaboratif
-berikan pengobatan nyeri sebelum
aktivitas.
-rujuk kepada ahli gizi untuk
merencanakan makanan untuk meningkatkan asupan makanan yang tinggi energi.
4. Aktivitas lain
-hindari menjadwalkan aktivitas
perawwatan selama periode istirahat.
-bantu pasien untuk mengubah
posisi secara berkala, bersandar, duduk, berdiri, dan ambulasi yang dapat
ditoleransi.
|
6
|
Ansietas b.d perubahan status kesehatan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam ansietas berkurang dengan criteria hasil :
- merancanakan strategi koping untuk
situasi-situasi yang membuat stress
-mempertahankan penampilan peran
-meneruskan aktifitas yang dibutuhkan
meskipun ada kecemasan
-mengidentifikasi gejala yang
merupakan indicator ansietas pasie sendiri
-mengkomunikasikan kebutuhan dan
perasaan negative secara tepat
-tidak menunjukan perilaku agresif
|
1. Pengkajian :
-kaji dan dokumentasikan tingkat
kecemasan pasien setiap 12 jam
-selidiki dengan pasien tentang
tekhik yang telah dimiliki, dan belum dimiliki, untuk mengurangi ansietas
dimasa lalu.
2. Pendidikan untuk pasien atau
keluarga
-sediakan informasi factual
menyangkut diagnosis, perawatan, dan prognosis
-instruksikan pasien tentang
penggunaan tekhnik relaksasi.
3. Aktivitas kolaboratif
-berikan pengobatan untuk
mengurangi ansietas, sesuai dengan kebutuhan.
4. Aktivitas lain
-beri dorongan kepada pasien
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan
ansietas.
|
7
|
Risiko infeksi b.d gangguan status nutrisi
|
Setelah dilakukuan tindakan
keperawatan 3x24 jam pasien menunjukan pengendalian resiko dengan criteria
hasil :
-terbebas dari tanda dan gejala
infeksi
-menunjuga hygene pribadi yang adekuat
-menggambarkan faktor yang menunjang
pengeluaran infeksi
|
1.Pengkajian
-pantau tanda atau gejala infeksi
(misalnya, suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan, penampilan luka, sekresi,
penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malaise).
-kaji faktor yang meningkatkan
serangan infeksi (misalnya, usia lanjut, tanggap imun rendah, dan malnutrisi)
2. Pendidikan untuk pasien dan
keluarga
-jelaskan kepada pasien atau
keluarga mengapa sakit dan pengobatan meningkatkan resiko terhadap infeksi.
-instruksikan untuk menjaga hygen
pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.
-ajarkan pasien tekhnik mencuci
tangan yang benar
-ajarkan kepada pasien dan
keluarganya tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkan kepusat
kesehatan.
3. Aktivitas kolaboratif
-rujuk atau pasien atau keluarga
kelayanan social, kelompok pendukung, untuk membantu pengelolaan rumah,
hygen, dan nutrisi.
-berikan terapi antibiotic, bila
diperlukan.
4. Aktivitas lain
-bantu pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasikan faktor dilingkungan mereka, gaya hidup, dan praktek
kesehatan yang meningkatkan resiko infeksi
-bersihkan lingkungan dengan
benar setelah dipergunakan pasien.
|
Bab III
Kesimpulan
Pankreatitis akut adalah penyakit berupa adanya
peradangan di pankreas karena kerusakan sel-sel pankreas yang ditandai
dengan adanya rasa nyeri. Pankreatitis di
kelompokan atas dua mcam yaitu pankreatitis akut interstisial, dan pankreatitis akut nekrosis hemoragik, pankreatitis ini di
sebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor metabolik, faktor mekanis, pembuluh darah, dan faktor Infeksi. Pankreatitis akut
juga dapat menyebabkan komplikasi lokal dan sistemis. Untuk memastikan klien
dengan pankreatitis akut juga dapat di lakukan pemeriksaan penunjang berupa tes
bilirubin, tes
bentiromide, tes urin, tes CT-Scan abdomen dan lain sebagainya. Penatalaksanaan
yang dapat di lakukan berupa Penggantian cairan dan elektrolit, pengistirahatan pancreas, penatalaksanaan nyeri, pencegahan komplikasi, dan intervensi bedah. Penyakit ini di
tandai juga oleh tanda dan gejala seperti nyeri, mual dan muntah, denyut nadinya
cepat, dan pernapasannya cepat dan dangkal atau yang lainnya yang berkaitan
dengan fungsi pankreas sebagai penghasil enzim. Untuk mengkaji klien dengan
pankreatitis akut dapat di lakukan pemeriksaan keperawatan dan pemeriksaan
fisik yang di yakinkan lagi oleh pemeriksaan penunjang tadi. Untuk diagnosa
yang kemungkinan bisa terjadi seperti nyeri
akut yang b.d proses penyakit, kekurangan volume cairan b.d kehilangan
volume cairan aktif (mengonsumsi alkohol yang berlebihan secara terus menerus), ketidakefektifan pola napas b.d nyeri hebat dan
komplikasi pulmonal, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hilangnya nafsu makan, dan intoleransi aktivitas b.d nyeri akut, serta ansietas
b.d perubahan status kesehatan, risiko infeksi b.d gangguan status nutrisi.
0 komentar:
Posting Komentar