TALESAMINIA


BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Saat ini, penyakit thalassemia merupakan penyakit genetika yang paling banyak di Indonesia.  Frekuensinya terus meningkat dengan penderita sekitar 2000 orang per tahun. Walupun begitu, masayarkat tidak menaruh perhatian yang cukup besar terhadap penyakit yang sudah menjadi salah satu penyakit genetika terbanyak ini. Hal ini disebabkan karena gejala awal dari penyakit sangat umum seperti anemia dan muntah muntah. Padahal gejala akhir yang ditimbulkan akan sangat fatal jika tidak ditangani secara akurat, cepat dan tepat.
B.      RUMUSAN MASALAH
1.         Apa yang dimaksud dengan talasemia?
2.         Di daerah manakah penyebaran talasemia yang ada di dunia?
3.         Bagaimanakah mekanisme terjadinya talasemia?
4.         Apa saja tanda dan gejala talasemia?
5.         Apa saja macam – macam talasemia?
6.         Apa penyebab terjadinya talasemia?
7.         Bagaimanakah pendeteksian talasemia sejak dini?
8.         Bagaimanakah penatalasanaan talasemia?
C.     TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1.         Menjelaskan mengenai pengertian talasemia.
2.         Menyebutkan daerah penyebaran talasemia yang ada di dunia.
3.         Menjelaskan bagaimana mekanisme terjadinya talasemia.
4.         Menjelaskan tanda dan gejala talasemia.
5.         Menjelaskan macam – macam talasemia.
6.         Menjelaskan penyebab terjadinya talasemia.
7.         Menjelaskan bagaimana pendeteksian talasemia sejak dini.
8.         Menjelaskan bagaimana penatalasanaan talasemia.

BAB II
PEMBAHASAN
A.     PENGERTIAN
Talasemia (bahasa Inggeris : Thalassaemia) adalah penyakit kecacatan darah. Talasemia merupakan keadaan yang diwarisi dari keluarga kepada anak. Kecacatan gen menyebabkan hemoglobin dalam sel darah merah menjadi tidak normal.
Thalasemia berasal dari kata Yunani, yaitu Talassa yang berarti laut dan Haema adalah. Dimaksudkan dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah.
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari).
B.      PENYEBARAN TALASEMIA
Penyakit talasemia tersebar luas di daerah Mediterania seperti Italia, Yunani, Afrika bagian utara, kawasan Timur Tengah, India Selatan, Sri Langka sampai Asia Tenggara termasuk Indonesia. Frekuensi talasemia di Asia Tenggara adalah 3 – 9% (Tjokronegoro, 2001).
C.     MEKANISME TERJADINYA TALASEMIA
Talasemia terjadi karena tubuh tidak dapat memproduksi rantai protein hemoglobin yang cukup. Hal ini menyebabkan sel darah merah gagal terbentuk dengan baik dan tidak dapat membawa oksigen. Gen memiliki peran dalam mensintesis rantai protein hemoglobin. Jika gen – gen ini hilang atau diubah atau terganggu maka talasemia dapat terjadi.
D.     TANDA dan GEJALA TALASEMIA
1.         Anemia ringan;
2.         Sakit kuning (jaundice);
3.         Pertumbuhan lebih lambat;
4.         Tubuh pucat, lemah dan gelisah;
5.         Penipisan atau perapuhan tulang;
6.         Perut buncit disebabkan pembengkakan hati dan limpa;
7.         Anemia yang serius boleh menyebabkan kesukaran bernafas;
8.         Perubahan pembentukan tulang muka, pipi dan rahang yang tidak normal.

E.      MACAM – MACAM TALASEMIA
1.         Jenis Rantai Globin yang Terganggu
a.        Talasemia Alfa
Pada talasemia alfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai alfa globulin dan kelainan ini berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari kurangnya sintesis rantai alfa, maka akan banyak terdapat rantai beta dan gamma yang tidak berpasangan dengan rantai alfa. Maka dapat terbentuk tetramer dari rantai beta yang disebut HbH dan tetramer dari rantai gamma yang disebut Hb Barts.Talasemia alfa sendiri memiliki beberapa jenis antara lain :
1)        Delesi pada empat rantai alfa
Dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts. Gejalanya dapat berupa ikterus, pembesaran hepar dan limpa, dan janin yang sangat anemis. Biasanya, bayi yang mengalami kelainan ini akan meninggal beberapa jam setelah kelahirannya atau dapat juga janin meninggal dalam kandungan pada minggu ke 36 – 40. Bila dilakukan pemeriksaan seperti dengan elektroforesis didapatkan kadar Hb adalah 80 – 90% Hb Barts, tidak ada HbA maupun HbF.
2)        Delesi pada tiga rantai alfa
Dikenal juga sebagai HbH disease biasa disertai dengan anemia hipokromik mikrositer. Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan. Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopis dapat dijumpai adanya Heinz Bodies.
3)        Delesi pada dua rantai alfa
Juga dijumpai adanya anemia hipokromik mikrositer yang ringan. Terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH.
4)        Delesi pada satu rantai alfa
Disebut sebagai silent carrier karena tiga lokus globin yang ada masih bisa menjalankan fungsi normal
b.        Talasemia Beta
Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu talasemia mayor, intermedia, dan karier. Pada kasus talasemia mayor Hb sama sekali tidak diproduksi. Anak penderita talasemia kadang sudah mulai ditransfusi pada awal – awal kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan terganggu, pucat, lemah. Jika tidak diobati, bentuk tulang wajah berubah dan warna kulit menjadi hitam. Selama hidupnya penderita akan tergantung pada transfusi darah. Setelah ditransfusi, penderita talasemia menjadi segar kembali. Kemudian darah yang sudah ditransfusikan tadi setelah beberapa waktu akan hancur lagi. Kembali terulang penderita kekurangan oksigen, timbul gejala lagi, perlu transfusi lagi, demikian berulang – ulang seumur hidup. Bisa tiap minggu penderita memerlukan transfusi darah, bahkan bisa lebih sering. Celakanya, darah yang ditransfusi terus-menerus tadi ketika hancur akan menyisakan masalah besar yaitu zat besi dari darah yang hancur tadi tidak bisa dikeluarkan tubuh. Akan menumpuk, kulit menjadi hitam, menumpuk di organ dalam penderita misalnya di limpa, hati, jantung. Penumpukan di jantung sangat berbahaya, jantung menjadi tidak bisa memompa lagi dan kemudian penderita talasemia meninggal.
2.         Secara Klinis
a.        Talasemia Mayor
Merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel – sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya. Penderita talasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3 – 18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley. Penderita talasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada umumnya, mereka harus menjalani transfusi darah dan pengobatan seumur hidupnya. Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1 – 8 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi – lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Semakin berat penyakitnya, maka sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah.
b.        Talasemia Minor
Individu hanya membawa gen penyakit talasemia, namun individu hidup normal, tanda – tanda penyakit talasemia tidak muncul. Walaupun talasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan talasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menderita talasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit talasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang hidupnya.
F.       PENYEBAB TALASEMIA
1.         Gangguan genetik
Orang tua memiliki sifat carier (heterozygote) penyakit talasemia sehingga klien memiliki gen resesif homozygote.

2.         Kelainan struktur hemoglobin
Menurut kelainan pada rantai Hb juga, thalasemia dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu : thalasemia alfa (penurunan sintesis rantai alfa) dan beta (penurunan sintesis rantai beta).
3.         Produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu
4.         Terjadi kerusakan sel darah merah (eritrosit) sehingga umur eritrosit pendek (kurang dari 100 hari)
5.         Deoksigenasi (penurunan tekanan O2)
Eritrosit yang mengandung Hb S melewati sirkulasi lebih lambat apabila dibandingkan dengan eritrosit normal. Hal ini menyebabkan deoksigenasi (penurunan tekanan O2) lebih lambat yang akhirnya menyebabkan peningkatan produksi sel sabit.
G.    CARA PENDETEKSIAN PENYAKIT TALASEMIA
1.         Mengamati ketika si anak telah lahir dan mulai tumbuh apakah menujukkan gejala – gejala talasemia;
2.         Ketika seorang ibu mengandung dengan melakukan tes darah di laboratorium untuk memastikan apakah janinnya mengidap talasemia atau tidak karena jika suami atau istri membawa sifat (carrier) talasemia, maka 25% anak mereka memiliki kemungkinan menderita talasemia.
3.         Pemeriksaan darah secara rutin, sehingga tidak terjadi pernikahan antara pembawa gen talasemia dan jika terjadi pernikahan yang keduanya ternyata pembawa sifat tetap diperbolehkan menikah. Akan tetapi, saat si istri hamil pada kehamilan 10 minggu dia harus memeriksakan diri ke pusat talasemia untuk diperiksa apakah si janin talasemia mayor atau tidak.
H.     PENATALAKSANAAN TALASEMIA
1.         Transfusi Darah
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini merupakan terapi utama bagi orang – orang yang menderita talasemia sedang atau berat. Transfusi darah dilakukan melalui pembuluh vena dan  memberikan sel darah merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan keadaan tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara rutin karena dalam waktu 120 hari sel darah merah akan mati. Khusus untuk penderita beta talasemia intermedia, transfusi darah hanya dilakukan sesekali saja, tidak secara rutin. Sedangkan untuk beta talssemia mayor (Cooley’s Anemia) harus dilakukan secara teratur (2 atau 4 minggu sekali).


2.         Terapi Khelasi Besi (Iron Chelation)
Hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi yang kaya protein. Apabila melakukan ransfusi darah secara teratur dapat mengakibatkan penumpukan zat besi dalam darah. Kondisi ini dapat merusak hati, jantung, dan organ-organ lainnya. Untuk mencegah kerusakan ini, terapi khelasi besi diperlukan untuk membuang kelebihan zat besi dari tubuh.
3.         Suplemen Asam Folat
Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel – sel darah merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping melakukan transfusi darah ataupun terapi khelasi besi.




















BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Talasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Mekanisme talasemia yaitu tubuh tidak dapat memproduksi rantai protein hemoglobin yang cukup. Hal ini menyebabkan sel darah merah gagal terbentuk dengan baik dan tidak dapat membawa oksigen. Gen memiliki peran dalam mensintesis rantai protein hemoglobin. Jika gen – gen ini hilang atau diubah atau terganggu maka talasemia dapat terjadi. Salah satu tanda dan gejala talasemia yaitu anemia ringan; sakit kuning (jaundice); pertumbuhan lebih lambat. Talasemia dibedakan menjadi 2 antara lain berdasarkan terganggunya rantai globin dan secara klinis. Penyebab talasemia yaitu gangguan genetik; kelainan struktur hemoglobin; produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu; terjadi kerusakan eritrosit dan deoksigenasi. Pendeteksian penyakit talasemia bisa dengan meriksa darah secara rutin serta untuk penataksanaannya menggunakan tranfusi darah, terapi khelasi besi maupun suplemen asam folat.
B.     SARAN
Sebaiknya sering dilakukan penyuluhan – penyuluhan tentang talasemia kepada masyarakat luas terutama yang memiiki riwayat penderita talasemia agar mengetahuinya.













DAFTAR PUSTAKA
http://health.detik.com/readpenyakit/696/thalasemia
httprepository.usu.ac.idbitstream1234567892063108E00848.pdf
http://reginareremulyagan.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-thalasemia.html
http://obatherbal.almirarafa.com/category/penyakit-thalasemia/


0 komentar:

Posting Komentar